Jumat, 11 Januari 2008

Jendela Kamar

Satu dari sekian banyak orang, mengalami cerita unik dalam hidupnya, tak bedanya dengan dirinya, cinta sebuah keluarga, persaudaraan yang erat, tak cukup membuatnya merasa ia adalah manusia paling sempurna di Dunia, meski tergolong beruntung tetap saja ia menginnginkan sebuah kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan, setiap kali berkaca pada sebuah cermin ia selalu merasa dirinya teramat sempurna, namun, ia sadar cermin adalah sebuah benda yang tak bergerak dan bicara, hingga tak mungkin ia bertanya tentang femnomena yang dihadapinya.
Laksana hidup disebuah Istana, tak kurang dari lima pandawa yang membantunya, satu telunjuknya saja mampu menundukan orang disekitarnya, apa saja yang dinginkannya dengan mudah dan cepat ia dapatkan tanpa harus menggerakkan tubuhnya, tapi siapa sangka kehidupan seperti itu membuatnya merasa asing dalam lingkungannya.
Ia coba lupakan sejenak tentang suasana kelam, pagi yang cerah terukir senyum saat terbangun dari tidur panjangnya, ia buka jendela kamarnya dan menghirup udara segar di pagi itu. Sejuknya alam tak sering ia dapatkan, sembari berdiri tegak ia ayunkan kedua tangannya dan menggerakkan seluruh tubuhnya, seraya berkata hmm sejuknya....pagi ini.

Beberapa menit setelah ia menghirup udara segar, ai pun mulai bergegas menuju kamar mandi, et..tunggu, ucapnya dalam hati. ia coba mengamati sesosok makhluk kecil yang bersembunyi dibalik semak-semak, tak jelas matanya memandang ia coba lebih dekat dengan makhluk itu, hey lihat katanya sambil tersenyum, hhhm ternyata dua ekor burung gereja yang sedang asyik berpacaran. huh.. sepertinya dua ekor burung gereja itu sadar seseorang tengah memperhatikan mereka, sepasang burung gereja itupun bersegera pergi.

ahirnya ia pun meneruskan keinginannya untuk membersihkan diri, tanpa berfikir apa yang akan dilakukan burung gereja itu. hari mulai terang sejuknya pagi hari mulai terenggut mentari kala itu. kembali gundah sorot mata yang sendu, menggambarkan dirinya sedang menyimpan sebuah cerita yang teramat pahit. ia duduk bersebelah jendela kamar coba mengamati kehidupan disekitarnya, betapa ia ingin seperti orang lain yang keluar masuk dengan bebas seperti layaknya teman sebaya dirinya.
Dalam renung panjang, sesekali terlintas dalam hati... mungkinkah aku bisa.....? ia letakkan kedua tangannya pada jendela kamar itu menatap semua aktifitas sekelilingnya, merundukan kepala ia coba berfikir, sudah berapa lama aku pergi...? inginnya aku seperti mereka...

1 komentar:

matapena mengatakan...

ini tokoh utamanya kamu ya, Mi...
hihi apa kabar?
salam, isma